arsip.bhantaran.com — Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian meluncurkan aplikasi bidang peternakan dan kesehatan hewan berbasis online atau yang dinamakan UPT Online. Aplikasi UPT Online ini merupakan salah satu terobosan untuk mempermudah memantau perkembangan, pemeliharaan atau pembibitan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, Jumat (11/6) dalam keterangannya menjelaskan, lewat aplikasi ini penghasil bibit bisa dipantau dan dikontrol populasinya, kelahiran, distribusi serta beberapa kendala reproduksi ternaknya.
“Intinya aplikasi ini akan memudahkan, seperti mempermudah untuk mengotrol perkembangan UPT di Indonesia,” katanya.
Ditjen PKH sendiri memiliki 10 Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan yang dalam tugas dan fungsinya menghasilkan bibit dan benih ternak . UPT tersebut meliputi BBPTU HPT Baturraden, BPTU HPT Denpasar, BPTU HPT Padang Mengatas, BPTU HPT Sembawa, BPTU HPT Indrapuri, BPTU HPT Pelaihari, BPTU HPT Siborong Borong, BBIB Singosari, BIB Lembang dan BET Cipelang.
Aplikasi ini merupakan aplikasi berbasis website yang bisa menggambarkan tentang dinamika populasi masing-masing UPT, khususnya UPT penghasil bibit. Menu yang ditampilkan berupa dinamika populasi seperti jumlah populasi ternak, kelahiran, distribusi, dan reproduksi ternak.
Dalam tampilannya aplikasi ini juga bisa memperlihatkan struktur populasi ternak berdasarkan umur yaitu anak (0-6 bulan), muda (6-18 bulan) serta ternak dewasa/produktif (diatas 18 bulan).
“Yang menarik lagi dari aplikasi ini disediakan menu Alert System yaitu berupa menu untuk memonitor kinerja teknis reproduksi ternak khususnya sapi,” jelas Nasrullah.
Beberapa menu lain yang juga sudah dikembangkan yaitu jumlah dan identitas dara yang belum/sudah dikawinkan yang muncul jika ternak betina sudah masuk dewasa kelamin serta jumlah dan identitas betina yang sudah dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB) yang muncul jika sudah dikawinkan minimal 1,5 bulan sebelumnya.
Kemudian, menu persiapan beranak yang muncul mulai bulan ke 8 kebuntingan, induk siap kawin (post partus dan PKB tidak bunting) yang muncul 2 bulan setelah betina beranak atau di kawinkan namun belum bunting, dan ternak dengan potensi gangguan reproduksi (gangrep ),untuk memonitor ternak yang belum bunting karena sakit atau mengalami gangrep.
Aplikasi ini diyakini sangat memudahkan bagi pimpinan, baik di pusat maupun di masing-masing UPT untuk memantau kinerja reproduksi ternak, khususnya sapi pada UPT perbibitan. Nantinya para pimpinan bisa segera mengambil langkah-langkah teknis dan kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi reproduksi.
Untuk menjaga aplikasi ini berjalan secara berkelanjutan, koordinasi yang baik dengan UPT terkait akan terus dilakukan. Hal ini mengingat data-data bersumber dari masing-masing UPT.
“Pihak UPT harus secara berkala menginput data di aplikasi ini sehingga data yang ditampilkan atau disajikan bisa real time,” tutur Nasrullah. (Kom/bn)