arsip.bhantaran.com – Belakangan ini, ramai anjuran bagi masyarakat untuk mengonsumsi suplemen atau vitamin, agar daya tahan tubuh meningkat demi mencegah Covid-19.
Namun, kemanjuran suplemen atau vitamin tersebut untuk mencegah Covid-19 masih dipertanyakan.
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, seperti yang diungkapkan dosen Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM, Dra. apt. Tri Murti Andayani, Sp, FRS, PhD dan drh. Retno Murwanti, M.P., Ph.D, dalam sebuah rilis di laman Fakultas Farmasi UGM.
Mereka mengimbau masyarakat agar lebih bijak memilih dan menggunakan suplemen atau vitamin.
Mula-mula, perlu dipahami bahwa suplemen berbeda dengan vitamin.
Vitamin, kata Murti, merupakan zat atau senyawa organik kompleks di dalam tubuh, yang berfungsi mengatur proses metabolisme tertentu.
“Vitamin berasal dari buah-buahan atau makanan yang bersifat organik,” jelas Murti, melansir dari situs resmi Fakultas Farmasi UGM.
Zat ini dibagi menjadi dua tipe. Pertama, vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, dan K.
Murti menegaskan, masyarakat perlu berhati-hati menginsumsi vitamin ini. Terutama jika mengonsumsinya dengan dosis tinggi, karena akan terakumulasi dalam tubuh.
Sumber vitamin A berasal dari brokoli, susu, dan telur. Vitamin D ditemukan pada sinar matahari, susu olahan, dan ikan salmon.
“Keberadaan vitamin D mampu menjaga kekuatan tulang, dengan mengabsorbsi kalsium di usus,” ujarnya.
Kemudian vitamin E, bersumber dari kacang almond, alpukat, susu, dan kiwi. Sedangkan vitamin K bersumber dari sayuran hijau speeti seledri, buah kiwi, dan alpukat.
Kedua, vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin B dan C. Vitamin ini tidak bisa disimpan dalam jumlah banyak di dalam tubuh dan akan dibuang melalui urin.
Nutrisi yang mendukung daya tahan tubuh, umumnya datang dari aneka sayuran dan buah-buahan.
Bila memerlukan vitamin B, kita bisa menemukannya pada beras, pisang, alpukat, telur, keju, dan daging sapi.
“Tubuh membutuhkan vitamin B, karena jika kurang akan menimbulkan gangguan. Misalnya kita kekurangan vitamain B6 dan B12, maka akan menyebabkan anemia,” jelasnya.
Untuk vitamin C, bisa ditemukan di buah strawberry, jeruk, dan kiwi.
Murti menerangkan, vitamin C berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dan vitamin ini tidak bisa diproduksi oleh tubuh.
Sementara suplemen merupakan nutrisi yang berfungsi melengkapi makanan.
Suplemen terdiri dari satu atau lebih bahan yang mengandung mineral, vitamin, protein, herbal, asam amino, dan sebagainya.
“Suplemen biasanya diproduksi secara mekanik. Nutrisi ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh,” ujarnya.
Murti menjelaskan, suplemen dapat berupa herba atau bahan alami non tumbuhan. Pada umumnya dikemas dalam bentuk tablet, kapsul, pil, atau cairan.
Saat ini, cukup banyak suplemen yang beredar di pasaran, seperti suplemen vitamin, A, B, C, D3, K, tembaga, magnesium, dan lain-lain.
Ada juga suplemen non vitamin, contohnya, minyak ikan, probiotik, dan sebagainya.
Dosen yang menyelesaikan studi S3-nya di Universiti Sains Malaysia, itu meluruskan bahwa, suplemen bukan pengganti makanan.
“Kita tetap harus mengonsumsi makanan sehat yang dibutuhkan sehari-hari.”
“Suplemen tidak berfungsi sebagai obat, yang mendiagnosa, mengatasi, mencegah, atau menyembuhkan penyakit,” tandasnya.
Pasalnya, beberapa suplemen memiliki efek biologik, yang dapat membahayakan tubuh jika tidak dikonsumsi dengan cara yang tepat.
Ada hal yang perlu diperhatikan ketika memilih suplemen dan vitamin, yang paling utama adalah memastikan adanya urgensi dari kebutuhan kita akan vitamin dan suplemen tersebut.
Hindari mengonsumsi suplemen untuk tujuan pengobatan tertentu. Sebaiknya, masyarakat mengkonsultasikan hal ini dulu kepada dokter atau apoteker.
Sebab, setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda akan suplemen. Bila memang dibutuhkan, periksa lagi bahan kandungan, jumlah bahan kandungan, dan bahan tambahan lainnya pada kemasan.
Lalu yang tak kalah penting adalah memastikan suplemen tersebut sudah terdaftar di BPOM.
Demi memastikan bahan yang digunakan sudah memenuhi standard dan tidak mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan.
Vitamin menurut beberapa penelitian, juga belum tentu manjur menyembuhkan penyakit tertentu seperti anggapan orang selama ini.
Misalnya, vitamin C sebelumnya dipercaya dapat meningkatkan sistem imun dan sintesis kolagen.
Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa, vitamin C tidak memberi manfaat siginifikan untuk mencegah kanker atau menurunkan flu.
“Suplemen dan vitamin seharusnya dikonsumsi saat membutuhkan saja, khususnya saat tubuh memang kekurangan nutrisi. Konsumsi yang berlebihan dan tidak tepat dapat membahayakan tubuh,” ungkapnya.
“Dibandingkan mengonsumsi suplemen dari toko obat, makan-makanan bergizi dan rajin olahraga lebih disarankan untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” pungkasnya.
Resource : KAGAMA.CO