BOJONEGORO, arsip.bhantaran.com – Letak lokasi budidaya lele milik Handoko Sukarno berjarak 31 kilometer dari kota. Tak banyak yang tahu ternyata di Desa Kauman, Kecamatan Baureno inilah tempat Handoko, sapaan akrabnya mengolah lele menjadi produk yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Salah satunya lele asap.
Asap bara api mengepul di sekitar rumah produksi. Beberapa pemuda tampak sibuk mengasapi lele. Lama pengasapan tergantung ukuran lele. Rerata estimasi waktu pengasapan tak memakan waktu lama. Sementara jika lele dibeli di pasar, harga per kilo kurang lebih Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu. Namun Handoko berinovasi dan mengolah lele menjadi 7 varian produk turunan dan mampu mendongkrak harga lele.
Handoko Sukarno kini dinobatkan menjadi Pemuda Pelopor dari Desa Kauman, Kecamatan Baureno karena telah menjadi finalis di tingkat Provinsi Jawa Timur dari bidang pangan. Lomba tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dinpora) Kabupaten Bojonegoro.
Bermula dari mata pencaharian sang ayah sebagai pembudidaya ikan lele sejak tahun 2001, Handoko bersama dengan kakaknya mulai merintis usaha budidaya dan pengolahan ikan lele. Kini mereka terhimpun dalam Paguyuban Petani Lele Bojonegoro dengan keanggotaan khusus pemuda 10 anggota.
“Kami juga membuat koperasi khusus perikanan yang terletak di Mojodeso. Anggota kurang lebih ada 40 orang. Sementara Potensi lele di Desa Kauman belum terkenal dan lele asap terbatas di Bojonegoro,” imbuhnya.
Handoko mencoba mengenalkan kearifan lokal bahwa lele asap adalah produk khas Bojonegoro. Adanya produk lele asap, maka muncul pula produk turunan lainnya, seperti nugget, abon, dan kerupuk. Produk olehan lele ini sudah di distribusikan keluar kota seperti Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Malang serta sudah menjangkau wilayah Jabodetabek.
Melalui ajang pemuda pelopor, harapannya nanti bukan sekadar promosi produk, tetapi juga memperkenalkan kearifan lokal. Untuk mencapai itu, salah satu rencana Handoko di tahun 2021 ini, ingin membuat festival olahan lele yang memperkenalkan semua produk olahan lele di Bojonegoro agar dikenal masyarakat luas.
“Untuk tahun depan pengen buat pusat edukasi dan pelatihan di Desa Kauman. Biar anak ataupun remaja tahu kalau kita punya budaya dan makanan khas yang bisa dikembangkan. Sekaligus untuk penerus baru dan bisa menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat,” tutur pria yang masih berstatus mahasiswa ini.
Selain itu, Handoko ingin mengubah stigma yang ada di masyarakat tentang kualitas budidaya ikan lele. Jika pembudidayaan dan pengolahan ikan lele dilakukan secara tepat, maka produk yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang baik dan menambah nilai jual ikan lele. (*)