ILUSTRASI jalan tol Jakarta-Cikampek /ANTARA
arsip.bhantaran.com – Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan terbesar di dunia pada tahun 2100 nanti.
Hal ini diprediksi dalam sebuah studi yang dipimpin oleh tim peneliti internasional di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang diterbitkan di The Lancet.
Ekonomi Indonesia akan mulai merangkak naik pada akhir abad ini dan akan menempati posisi 12 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi yang mumpuni.
Dalam studi itu disebutkan bahwa pada tahun 2050, Tiongkok akan menjadi negara pertama dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Tiongkok diprediksi oleh tim peneliti akan menyusul Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat di tahun tersebut.
Hanya saja 50 tahun berselang atau pada tahun 2100 nanti, AS diprediksi akan kembali ke posisi pertama sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Lalu PDB India juga akan merangkak naik dan menempati posisi tiga setelah Tiongkok dan AS. Sementara Perancis, Jerman, Jepang dan Inggris akan tetap di antara 10 ekonomi terbesar di dunia.
Brasil diproyeksikan turun dari peringkat kedelapan hari ini ke urutan 13, dan Rusia dari peringkat 10 turun ke urutan 14.
Lebih lanjut, Italia dan Spanyol diprediksi akan mengalami penurunan ke pringkat dari 15 ke 25 dan ke 28.
Brasil diproyeksikan turun dari peringkat kedelapan hari ini ke urutan 13, dan Rusia dari peringkat 10 turun ke urutan 14.
Lebih lanjut, Italia dan Spanyol diprediksi akan mengalami penurunan ke pringkat dari 15 ke 25 dan ke 28.
Dalam studi itu disebutkan bahwa Nigeria yang saat ini berada di urutan 28 digadang-gadang akan masuk dalam jajaran 4 besar negara dengan ekonomi terbesar secara global.
“Pada akhir abad ini, dunia akan menjadi multipolar, dengan India, Nigeria, China, dan Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan,” kata Richard Horton, yang menggambarkan penelitian tersebut sebagai garis besar ‘pergeseran radikal dalam kekuatan geopolitik’.
Studi tersebut melaporkan bahwa populasi manusia di muka bumi ini akan mengalami penyusutan hingga 2 miliar orang pada tahun 2100 nanti.
Penyusutan jumlah manusia ini akan sangat mempengaruhi berbagai sektor salah satu yang paling berdampak adalah ekonomi.
Adapun laporan itu juga memuat bahwa angka kelahiran semakin menurun dari waktu ke waktu yang menjadi penyebab menyusutnya jumlah populasi dunia.
Hingga saat ini, PBB memprediksi pada tahun 2100 jumlah populasi manusia di dunia akan mencapai 10,9 miliar. Jumlah ini lebih banyak 2 miliar dari prediksi yang dikeluarkan oleh para peneliti Internasional di IHME.
Perbedaan antara angka prediksi PBB dan IHME sangat bergantung pada tingkat angka kelahiran atau kesuburan.
Perhitungan PBB mengasumsikan bahwa negara-negara dengan angka kelahiran rendah hari ini akan mencatat angka-angka tersebut meningkat, rata-rata menjadi sekitar 1,8 anak per wanita seiring waktu.
“Analisis kami menunjukkan bahwa ketika wanita menjadi lebih berpendidikan dan memiliki akses ke layanan kesehatan reproduksi, mereka memilih untuk memiliki rata-rata kurang dari 1,5 anak,” ujar Christopher Murray, direktur IHME di University of Washington.
Didirikan pada 2007 dan didukung oleh Bill and Melinda Gates Foundation, IHME telah menjadi referensi global untuk statistik kesehatan.(Pikiran Rakyat/bn)