Tuban, arsip.bhantaran.com – Bupati Tuban, H. Fathul Huda bersama Komandan Kodim 0811/Tuban, Letkol Inf. Viliala Romadhon meninjau tanggul di Desa Sembungrejo, Plumpang yang sempat ambles beberapa waktu lalu, Jumat (07/02). Peninjauan dilakukan mengingat saat ini Kabupaten Tuban memasuki puncak musim penghujan.
Pada kesempatan tersebut Bupati berdialog dengan tim Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo yang ada di lokasi mengenai penanganan cepat tanggul. Tampak pula pada peninjauan ini Kepala Bappeda Tuban; Kepala Pelaksana BPBD; Kepala Dinas PUPR; Kepala Dinas PRKP; Kepala Satpol PP; Camat Plumpang dan Forkopimka; serta Kepala Desa Sembungrejo.
Kepada awak media, Bupati Tuban menyampaikan langkah tercepat yang dilakukan adalah kembali menguatkan struktur tanah dan membuat perlindungan dengan menambah karung pasir. Tidak hanya itu, Bupati Huda juga telah mengajukan surat kepada pemerintah pusat terkait pembangunan tanggul secara permanen.
“Karena birokrasi yang mengharuskan menunggu 14 hari, kami akan kembali bersurat agar penanganan darurat dari pusat dapat segera dilaksanakan,” ungkapnya.
Bupati Tuban berpesan agar semua pihak untuk selalu waspada. Kepala Desa Sembungrejo juga diinstruksikan agar segera melaporkan setiap perkembangan yang terjadi.
Diperkirakan dampak yang ditimbulkan jika tanggul tersebut jebol akan merendam lahan persawahan kurang lebih seluas 12.300 hektare. Angka tersebut belum termasuk kawasan permukiman warga.
Sementara itu, Pejabat Pengambil Komitmen, Operasional dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (PPK OP SDA) wilayah hilir BBWS Bengawan Solo, Antonius Suryono menjelaskan amblesnya tanggul disebabkan gempa di salah satu wilayah di Kabupaten Tuban tahun 2019 silam. Patahan tanggul yang terjadi di Plumpang ini, juga terjadi di wilayah Gresik, Lamongan, Bojonegoro, hingga Tuban.
“Tidak longsor tanggulnya tetapi patah. Kondisi tanah patah seperti dipotong setelah gempa 22 September tahun lalu,”? jelasnya. Tim Geologi BBWS dari Solo saat ini juga sedang perjalanan menuju ke Plumpang. Tim akan melalukan penyelidikan dan hasilnya untuk menentukan kontruksi apa yang sesuai untuk penanganan tanggul di sini. Hasil penyelidikan akan dianalisa untuk selanjutnya dibuat desain untuk diterapkan di lapangan.
“Kita berharap tidak sampai satu dua bulan. Penanganan akan jalan setelah hasil pemeriksaan tanah disini. Diharapkan bertahan sampai ada pembuatan tanggul permanen,” bebernya.
Sebagai upaya penanganan tercepat, BBWS melakukan penimbunan dan menambah sak berisi tanah di belakang tanggul. Tumpukan Sak tersebut sebagai penguatan tanggul dan pertahanan terakhir tanggul sembari menunggu penanganan darurat.
Anton juga menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Tuban dan masyarakat yang ikut serta melakukan penanganan kebencanaan ini. Masyarakat berpartisipasi aktif mulai dari penimbunan hingga pengawasan kondisi tanggul dan Bengawan Solo.
Untuk diketahui, tanggul Bengawan Solo pertama kali ambles pada akhir September 2019. Tanggul ambles dengan panjang retakan 70 meter, dan kedalaman 60 centimeter. Akhir Oktober 2019, rekahan tanggul makin lebar dan berbahaya. Prakiraan warga, panjang kerusakan tanggul kurang lebih 110 meter.
Gubernur Jawa Timur bersama Bupati Tuban dan pihak terkait juga telah meninjau langsung kondisi di lokasi tanggul beberapa waktu lalu. Pemkab Tuban terus memantau perkembangan penanganan tanggul yang dapat berubah sewaktu-waktu.
Sejumlah upaya tanggap bencana juga diambil untuk menguatkan tanggul sungai terpanjang di Pulau Jawa ini. Perbaikan tanggul ini merupakan sharing antara Pemkab dan BBWS beserta tenaga warga Plumpang. Sementara ini dana awal yang telah tersedot sebanyak Rp. 143 juta.[MCT/bn]