MALANG, arsip.bhantaran.com — Kandidat Sarjana Mengabdi (KSM) Tematik Universitas Islam Malang (Unisma) kelompok 3 berkolaborasi dengan masyarakat Desa Madiredo Kecamatan Pujon, memanfaat limbah sampah yang ada di TPS menjadi pupuk kompos.
Madiredo merupakan salah satu desa dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya di sektor pertanian. Dalam merawat tanamannya masyarakat pasti membutuhkan pupuk agar tanaman ternutrisi dan tanah menjadi subur.
Menyikapi hal itu, KSM-Tematik Unisma berkolaborasi bersama masyarakat khususnya TPS-T dalam pembuatan pupuk alamiah dengan memanfaatkan limbah sampah yang berada di TPS. Salah satu pupuk yang dibuat adalah pupuk kompos.
Pupuk kompos adalah jenis pupuk organik yang berasal dari penguraian limbah organik, seperti limbah dapur, limbah pakan ternak, dan lain sebagainya.
Pembuatan pupuk kompos bisa dilakukan secara alami namun membutuhkan waktu cukup lama, dengan adanya tindakan manusia mencampurkan larutan EM4 atau Efek Microorganisme 4 (sejenis larutan yang mengandung bakteri menguntungkan) yang membuat penguraian menjadi lebih cepat. Pupuk kompos mengandung banyak zat hara yang bisa membantu menyuburkan tanaman.
Mahmudi, ketua KSM-Tematik Unisma kelompok 3 berharap dengan adanya pembuatan pupuk kompos ini dapat mengurangi limbah sampah yang menumpuk di TPS menjadi sesuatu yang bermanfaat serta dapat membantu masyarakat yang berada dalam sektor pertanian.
“ Selain pembuatan pupuk kompos masih ada banyak cara dalam mengolah limbah sampah, salah satunya dengan cara memilah sampah plastik seperti botol bekas, bungkus plastik, karung, dll yang nantinya bisa di jual kembali ke pengepul. Tidak hanya itu, pemanfaatan botol bekas bisa dijadikan sebagai pot untuk tanaman”. Ucap mudi sapaan akrabnya.
Bambang, Kepala dusun Bengkaras, Bambang dan sekretaris di TPS merasa sangat senang dia mendukung adanya program tersebut, melihat ada potensi profit dalam mengelola limbah desa maka perlu adanya kontribusi semua pihak dan komitmen bersama untuk memaksimalkan TPS-T ini, tuturnya.
“Dalam pembuatan pupuk kompos disini minimal sebanyak ½ ton dan sudah dipastikan pupuk tersebut pasti jadi. Kita bisa melihat pupuk itu jadi tidaknya dari tekstur pupuk tersebut yang halus dan suhu tidak melebihi 35˚C. Setelah kompos ini jadi maka akan di jual kepada masyarakat desa maupun masyarakat luar yang mana nantinya keuntungan dari penjualannya di gunakan untuk pengembangan dan upah pekerja di TPS-T ” ujarnya.
Kepala Desa Madiredo, Mahfud meminta KSM-T Unisma terkhusus di TPS-T untuk mengoptimalisasi proses pembuatan pupuk kompos di sana. “Saya meminta kepada kawan-kawan KSM Unisma untuk bisa mengoptimalkan pembuatan pupuk kompos yang mana prosesnya memakan waktu 28 hari. Nah, disini saya meminta supaya bagaimana bisa di pangkas lebih cepat kepada kawan-kawan KSM Unisma”, harapnya.
Perlu diketahui, saat ini KSM-T Unisma masih fokus dalam tahap pembuatan pupuk kompos untuk mendapatkan hasil yang bagus dan juga dapat memangkas proses pembuatan dari 28 hari menjadi lebih cepat. Targetnya proses pembuatan pupuk kompos ini dapat ditempuh selama 20 hari saja.[por/bn/red]