YOGYAKARTA, bhantatan.com — Nilai-nilai sinergi UGM yang dikenal dengan Sinergi 5K (Kampus, Keraton, Kampung, Komunitas, dan Korporasi) terus dapat dirasakan hingga saat ini. Terbukti dengan peringatan Nitilaku UGM yang dilaksanakan sejak tahun 2012 hingga tahun lalu selalu digelar dengan sangat meriah.
Nitilaku biasanya diramaikan dengan pawai-pawai yang tidak hanya melibatkan akademisi UGM saja, namun juga diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Dihadapkan pandemi Covid-19, Nitilaku Perguruan Kebangsaan Tahun 2020 tetap dilaksanakan meski secara virtual.
Meski virtual, Nitilaku Perguruan Kebangsaan tahun 2020 tetap berlangsung dengan suasana kegembiraan tanpa mengurangi khidmat. Pawai jalan kaki dari Kraton menuju Bulaksumur pun diganti dengan ucapan Dies UGM dari Pengda Kagama daerah di Indonesia dan luar negeri serta fakultas dan unit-unit di UGM.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mewakili Presiden RI, Joko Widodo, mengatakan makna dari peringatan Nitilaku adalah untuk mengingat kembali awal mula lahirnya UGM, yang tidak terlepas dari peran penting Kraton Yogyakarta, dan para pendiri bangsa ini. Pada tahun 1949, Ir. Soekarno, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, serta sejumlah tokoh ingin meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang waktu itu baru merdeka untuk dapat lebih banyak mendapatkan pendidikan sarjana.
“Atas kemurahan hati Sri Sultan Hamengku Buwono IX, pada awalnya perkuliahan diperkenankan dilakukan di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Dan atas kemurahanya dihibahkan 183 hektare tanah di Bulak Sumur untuk kemudian dibangun Gedung Perkuliahan UGM, yang dipergunakan hingga saat ini,” kata Erlangga Hartarto.
Menurutnya, hikmah dari peringatan Nitilaku bukan sekadar perpindahan tempat perkuliahan UGM saja. Tetapi lebih dari itu agar seluruh akademisi dan mahasiswa UGM tidak lupa pada akar sejarahnya, nilai-nilai kebudayaan, serta yang terpenting adalah mengingat niat dan upaya para pendiri bangsa, dalam meningkatkan kapasitas SDM Indonesia.
Sementara itu, Sri Sultan Hamengkubuwono X saat membuka Nitilaku tahun kembar menyatakan sudah mentradisi sejak dulu penyambutan dies natalis UGM dirayakan dengan kegiatan Nitilaku. Dalam sejarah Nitilaku kelahirannya tampaklah peran para pendahulu para peletak dasar berdirinya balai perguruan tinggi di Yogyakarta.
“Kemudian yang terpenting adalah noto-laku untuk nanting-laku agar semangat ke-UGM-annya menjadi pandom pandoming laku kehidupan,” katanya.
Berdirinya UGM untuk membuktikan jati diri sebagai universitas perjuangan, universitas kebangsaan, universitas kerakyatan, universitas Pancasila dan universitas pusat kebudayaan. Semua predikat yang disandang UGM tersebut tidak lain adalah harapan agar UGM kedepan menjadi actor of change menuju peradaban baru yang maju dan berakar pada tradisinya.
Sultan berharap dengan keagungan literasi para guru besarnya, kecerdasan kolektif para staf pengajar dan invasi para peneliti dan kalangan inventor kreasi diharapkan UGM siap di era digitalisasi dan revolusi industri 4.0 serta mampu melewati pandemi Covid-19 ini.
“Dengan pesan harapan itulah, saya menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan Nitilaku perguruan kebangsaan tahun 2020 secara virtual, dengan ucapan dirgahayu UGM ke-71 dan Kagama ke-62 teruslah mengalir bagi almamater serta bagi bangsa dan negara serta rakyat Indonesia,” tutur Sultan.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN.Eng., mengungkapkan Nitilaku merupakan upaya mengenang kembali dukungan Kraton Yogyakarta kepada UGM yang terus dilakukan hingga saat ini. Di awal-awal perkuliahan UGM atas perkenan Sri Sultan HB IX menggunakan pagelaran dan rumah-rumah seputar Kraton hingga kemudian berpindah ke kampus Bulaksumur.
“Karena itu hingga saat ini terus menjalin kerja sama yang baik antara Kraton, Kampus, Kampung, Komunitas dan bahkan para pelaku wirausaha di Yogyakarta ini dan Nitilaku ini setiap tahun kita laksanakan untuk itu,” ucapnya.
Ganjar Pranowo, Ketua Umum Kagama, mengapresiasi penyelenggaraan Nitilaku Kebangsaan tahun kembar 2020 secara virtual. Meski menghadapi pandemi Covid-19, menurutnya, UGM tidak mati gaya bahkan tetap melakukan tradisi Nitilaku dengan inovasi-inovasi agar terus berkontribusi untuk bangsa.
Sumber : ugm.ac.id