LAMONGAN, arsip.bhantaran.com — Menjelang puncak acara Peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) yang ke 453 tahun, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi didampingi Wakil Bupati Abdul Rouf dan jajaran Forkopimda melakukan ziarah leluhur ke makam Mbah Sabilan, Mbah Punuk, dan Mbah Lamong di Kelurahan Tumenggungan Kecamatan Lamongan, Rabu (25/5/2022)
Berdasarkan kisah sejarah yang ada, penentuan hari jadi Lamongan ini berbeda dengan daerah-daerah kabupaten lain, khususnya di Jawa Timur. Dimana kebanyakan daerah mengambil sumber penentuan dari prasasti atau candi dan peninggalan sejarah lainnya, tetapi hari lahir Lamongan mengambil sumber dari buku wasiat Sunan Giri yang ditulis tangan dalam huruf jawa kuno dan disimpan oleh juru kunci makam giri di Gresik.
Dalam buku wasiat tersebut ditulis bahwa diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan dilakukan dalam pasamuan agung di tahun 976 H. Berdasarkan tahun tersebut, kemudian dilakukan penelusuran dan ditemukan bahwa wisuda tersebut terjadi pada Hari Kamis Pahing tanggal 10 Dzulhijjah 976 H atau bertepatan dengan 26 Mei 1569 M.
Hadi atau Mbah Lamong atau juga disebut Tumenggung Surajaya ini merupakan santri Kasunanan Giri yang terampil, cakap, dan menguasai ajaran agama Islam serta seluk beluk pemerintahan, yang oleh Sunan Griri ditunjuk menyebarkan ajaran agama, mengatur pemerintahan, dan kehidupan masyarakat di Kawasan Kenduruan.
Ringkas sejarah, usaha Hadi berjalan lancar dan mudah. Karena keberhasilannya beliau mendapat julukan Lamong yang artinya among (ngemong) yang baik atau pengayom warga, dan dinobatkan sebagai Adipati pertama dengan gelar Tumenggung Surajaya. Sunan Giri IV atau Sunan Prapen juga mengumumkan wilayah Kranggan Lamongan menjadi Kadipaten Lamongan. (ko/bn)