TUBAN, arsip.bhantaran.com — Musim panen padi kali ini nampaknya kurang menggembirakan bagi kaum petani di wilayah kecamatan Plumpang Tuban.
Pasalnya, harga gabah kering sawah (GKS) musim ini anjlok drastis. Hal ini sangat dikeluhkan para petani seperti yang dialami petani di desa Kedungsoko Plumpang Tuban.
Menurut Sadimo, salah seorang petani asal Dusun Sisir Desa Kedungsoko Plumpang, harga gabah ditingkat petani kini hanya berkisar antarra Rp. 3.800 sampai Rp. 3.900 per kg.
“Ajur Mas, (hancur mas, Red) harganya. Padahal beberapa hari yang lalu masih diatas Rp. 4.000 per kg,” keluh Sadimo saat ditemui wartawan *arsip.bhantaran.com* (23/2).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kaseran, salah seorang pengurus Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Tirto Sandang Pangan Desa Kedungsoko Plumpang saat ditemui dilapangan.
Anjloknya harga gabah ditingkat petani diprediksi karena musim panen raya padi saat ini bersamaan dengan musim penghujan. Sehingga para petani terpaksa menjual murah hasil panennya kepada para tengkulak.
Sementara itu, beberapa warga memprotes para pekerja maupun pemilik mesin perontok padi (blower). Pasalnya, saat mengoperasikan alat perontok padi dilapangan, mengganggu kenyamanan para pengguna jalan hingga menimbulkan kemacetan arus lalu lintas kendaraan.
“Termasuk damen (jerami) bekas bloweran berceceran di tengah jalan juga sangat mengganggu pengguna jalan, Mas. Harusnya ada yang bertanggung jawab biar gak terkesan mengganggu jalan dan kebersihan. Apalagi musim hujan begini, baunya kurang sedap. Kalau perlu, pihak Pemerintah Desa membuat semacam Perdes yang mengatur pengoperasian mesin perontok padi agar tidak mengganggu pengguna jalan saat musim panen,” keluh salah seorang warga yang enggan ditulis namanya. [hadi]